Sabtu, 07 Januari 2012



Jangan pernah lewatkan tempat ini jika Anda pergi ke Spanyol. Kebun ini juga disebut sebagai bentuk seni lansekap. Ini adalah tempat yang sangat indah terletak di dataran tinggi. Ada Pegunungan Sierra Nevada di dekatnya. Kebun dari abad ke-13. Sebelumnya hanya dipenuhi dengan kebun-kebun dan padang rumput hijau. Selama periode waktu mereka telah berkembang menjadi tempat yang sangat indah penuh dengan bunga mawar dan bunga bakung dan juga kolam renang. Merupakan tempat untuk memanjakan mata jika Anda duduk dan memandangi keindahan alam di sana. Menikmati keindahan, hijau dengan kicau burung dan aroma bunga

Sejarah Kota Baturaja



Nama Kabupaten Ogan Komering Ulu diambil dari nama dua sungai besar yang melintasi dan mengalir di sepanjang wilayah kabupaten OKU, yaitu sungai Ogan dan Sungai Komering. Berdasarkan sejarah, sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam Peraturan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu Nomor 9 Tahun 1997 tanggal 20 Januari 1997, Tahun 1878 ditetapkan sebagai tahun kelahiran nama Ogan Komering Ulu. Sedangkan berdasarkan peraturan perundang-undangan, Kabupaten Ogan Komering Ulu terbentuk dengan keluarnya Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembubaran Negara Bagian Sumatera Selatan dan Peraturan Pemerintah Penganti Undang-undang Darurat Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Sumatera Selatan menjadi Propinsi didalam Negara Republik Indonesia.

Selanjutnya melalui Keputusan Gubernur Sumatera Selatan Nomor GB/100/1950 tanggal 20 Maret 1950, ditetapkan batas-batas wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu dengan ibu kota kabupaten di Baturaja. Sejalan dengan Undang-undang Darurat Nomor 4 Tahun 1956 yang diperkuat dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Kotapraja di Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 73. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1821), Kabupaten Ogan Komering Ulu menjadi daerah otonom yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.

Sesuai dengan semangat Otonomi Daerah, berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan dan Kabupaten Ogan Ilir di Provinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4347), pada tahun 2003 Kabupaten OKU resmi dimekarkan menjadi 3 (tiga) Kabupaten, yakni (1) Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKU TIMUR) dengan Ibukota Martapura; (2) Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan (OKU SELATAN) dengan Ibukota Muaradua dan (3) Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) dengan Ibukota Baturaja.

Pendidikan Di Indonesia



Membicarakan hal yang satu ini mungkin tidak akan habis-habisnya. Ya, dengan keadaan yang ada sekarang ini, ditandai dengan demo di sejumlah tempat yang pada dasarnya menuntut pendidikan murah. Tapi saya tidak ingin menulis tentang demo tersebut. Saya hanya ingin menceritakan beberapa keluhan handai taulan (bahkan sampai berdebat kusir hehehe) tentang pendidikan ini.
Salah satu teman saya, agak berang, bilang “Masak sudah sudah ada BOS, kita masih harus bayar Rp. 15.000 per bulan? Di SD lainnya kok enggak bayar lagi.”. Kebetulan memang anaknya berada di SD Negeri 2, dimana ada 3 SDN dalam satu lingkungan sekolah.
Saya coba jadi counter-nya, “Mungkin di SDnya banyak ekstra kurikuler. Sudah cek atau belum? Ada komputer atau enggak?”.
Dia langsung menyanggah, “Ah enggak ada kayak gituan. sama aja!”
Akhirnya lama berdebat, bahkan ditambah satu orang lagi. Cuma jadi kemana-mana buntutnya. Menuduh KepSek korupsi, Guru korupsi, Masya Allah. Setelah lama berdebat, disimpulkan bahwa sebagian dana anggaran orang tua tadi digunakan untuk perbaikan WC, prasarana gedung, tiang bendera, biaya mencat pagar dan lain-lain.
Akhirnya, saya merasa menyadari ada ketidak-adilan disini. Kalau sudah tidak adil, pasti melanggar Pancasila, “Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia”. Kita bisa bandingkan SD Negeri di tengah kota dengan SD Negeri di kampung. Terasa sekali ketimpangan sosial antara kedua SD tersebut. Berita hari ini, ada satu SDN yang roboh.
Menurut ‘mata-adil’ saya, seharusnyalah setiap Sekolah Negeri di negeri ini mempunyai prasarana yang sama, baik dipedalaman Papua sana, atau yang berada di pusat kota Jakarta. Tidak boleh dibedakan. Karena ini Sekolah Negeri (atau Sekolah miliknya negara), maka tidak boleh juga menerima sumbangan dari pihak lain. Mutlak harus dibiayai negara.
Perbedaan Uang Pangkal juga menjadi pertanyaan. Kok, sama sama sekolah negeri uang pangkal berbeda? Tiap sekolah pasti punya jawaban (atau alasan) mengapa mereka menarik uang pangkal sedemikian besar. Uang sejenis inipun harus ditiadakan untuk sekolah Negeri. Alasannya sama dengan di atas, tidak boleh ada perbedaan antar sekolah negeri.
Tentu lain halnya dengan sekolah swasta, yang sah-sah saja menerima sumbangan dari pihak manapun.
Saya tidak tahu keadaan makro dari Anggaran Belanja Negara untuk pendidikan yang konon terlalu kecil. Saya juga tidak mengetahui kondisi dana subsidi Minyak (yang jad
i BOS).

Dongeng Kancil dan Siput

Pada suatu hari si kancil nampak ngantuk sekali. Matanya serasa berat sekali untuk dibuka. “Aaa....rrrrgh”, si kancil nampak sesekali menguap. Karena hari itu cukup cerah, si kancil merasa rugi jika menyia-nyiakannya. Ia mulai berjalan-jalan menelusuri hutan untuk mengusir rasa kantuknya. Sampai di atas sebuah bukit, si Kancil berteriak dengan sombongnya, “Wahai penduduk hutan, akulah hewan yang paling cerdas, cerdik dan pintar di hutan ini. Tidak ada yang bisa menandingi kecerdasan dan kepintaranku”.
Sambil membusungkan dadanya, si Kancil pun mulai berjalan menuruni bukit. Ketika sampai di sungai, ia bertemu dengan seekor siput. “Hai kancil !”, sapa si siput. “Kenapa kamu teriak-teriak? Apakah kamu sedang bergembira?”, tanya si siput. “Tidak, aku hanya ingin memberitahukan pada semua penghuni hutan kalau aku ini hewan yang paling cerdas, cerdik dan pintar”, jawab si kancil dengan sombongnya.
Siput“Sombong sekali kamu Kancil, akulah hewan yang paling cerdik di hutan ini”, kata si Siput. “Hahahaha......., mana mungkin” ledek Kancil. “Untuk membuktikannya, bagaimana kalau besok pagi kita lomba lari?”, tantang si Siput. “Baiklah, aku terima tantanganmu”, jawab si Kancil. Akhirnya mereka berdua setuju untuk mengadakan perlombaan lari besok pagi.
Setelah si Kancil pergi, si siput segera mengumpulkan teman-temannya. Ia meminta tolong agar teman-temannya berbaris dan bersembunyi di jalur perlombaan, dan menjawab kalau si kancil memanggil.
Akhirnya hari yang dinanti sudah tiba, kancil dan siput pun sudah siap untuk lomba lari. “Apakah kau sudah siap untuk berlomba lari denganku”, tanya si kancil. “Tentu saja sudah, dan aku pasti menang”, jawab si siput. Kemudian si siput mempersilahkan kancil untuk berlari dahulu dan memanggilnya untuk memastikan sudah sampai mana si siput.
Kancil berjalan dengan santai, dan merasa yakin kalau dia akan menang. Setelah beberapa langkah, si kancil mencoba untuk memanggil si siput. “Siput....sudah sampai mana kamu?”, teriak si kancil. “Aku ada di depanmu!”, teriak si siput. Kancil terheran-heran, dan segera mempercepat langkahnya. Kemudian ia memanggil si siput lagi, dan si siput menjawab dengan kata yang sama.”Aku ada didepanmu!”
Akhirnya si kancil berlari, tetapi tiap ia panggil si siput, ia selalu muncul dan berkata kalau dia ada depan kancil. Keringatnya bercucuran, kakinya terasa lemas dan nafasnya tersengal-sengal.
Kancil berlari terus, sampai akhirnya dia melihat garis finish. Wajah kancil sangat gembira sekali, karena waktu dia memanggil siput, sudah tidak ada jawaban lagi. Kancil merasa bahwa dialah pemenang dari perlombaan lari itu.
Betapa terkejutnya si kancil, karena dia melihat si siput sudah duduk di batu dekat garis finish. “Hai kancil, kenapa kamu lama sekali? Aku sudah sampai dari tadi!”, teriak si siput. Dengan menundukkan kepala, si kancil menghampiri si siput dan mengakui kekalahannya. “Makanya jangan sombong, kamu memang cerdik dan pandai, tetapi kamu bukanlah yang terpandai dan cerdik”, kata si siput. “Iya, maafkan aku siput, aku tidak akan sombong lagi”, kata si kancil.

Minggu, 01 Januari 2012

Mencegah Demam Berdarah


Di musim hujan, makin banyak nyamuk berkeliaran karena banyak genangan yang dijadikannya tempat berkembangbiak. Agar tidak menjadi korban gigitan khususnya nyamuk demam berdarah, ada baiknya kenali jam-jam operasional nyamuk tersebut.

Demam Berdarah Denue (DBD) ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang mudah dikenali dari ciri fisiknya yang berwarna hitam dengan belang-belang putih di badannya. Sebelum ditularkan ke manusia, virus DBD akan menggandakan diri di dalam tubuh nyamuk.

Masa replikasi penggandaan diri memakan waktu 8-12 hari sejak nyamuk tersebut menghisap darah orang yang terinfeksi. Setelah melewati masa yang disebut masa inkubasi ini, nyamuk DBD baru bisa menularkan virus ke manusia lain lewat gigitannya.

Nyamuk DBD tidak sembarangan dalam menggigit korbannya, ada jam biologis yang membuatnya lebih aktif pada jam-jam tertentu. Dikutip dari Metapathogen, Rabu (14/12/2011), nyamuk DBD paling sering menggigit 2 jam setelah matahari terbit dan beberapa jam sebelum matahari terbenam.

Selain dengan mengenali jam-jam rawan gigitan, perlindungan terhadap nyamuk juga bisa dilakukan dengan banyak alternatif pencegahan yang lain. Seperti ditulis detikHealth sebelumnya, berikut ini beberapa cara menghidari gigitan nyamuk DBD:

1. Sesuaikan warna pakaian
Pakaian dengan warna yang kuat, baik gelap maupun sangat terang dapat menarik perhatian nyamuk. Warna putih, khaki dan warna lain yang lembut kurang disukai oleh nyamuk.

Celana training serta kaus atau baju lengan panjang juga bisa mencegah gigitan nyamuk saat tidur. Hindari pakaian ketat, terutama jika bahannya tipis karena kadang-kadang masih bisa ditembus oleh gigitan nyamuk.

2. Gunakan pengusir serangga
Bahan yang sering digunakan adalah DEET (N, N-diethyl-m-toluamide) dengan kadar 30-50 persen, yang aman untuk orang dewasa maupun anak di atas usia 2 tahun. Baik digunakan dengan cara disemprotkan maupun dioleskan, efektivitas bahan ini bisasanya mampu bertahan hingga beberapa jam.

Jika ingin yang alami, minyak lemon eucalyptus, minyak serei, minyak kayu manis, rosemary atau peppermint. Selain dapat dibuat sendiri, bahan-bahan tersebut juga tersedia di pasaran dalam bentuk aromaterapi yang juga dapat digunakan untuk menakut-nakuti nyamuk.

3. Pasang kelambu
Tidak ada penangkal gigitan nyamuk yang lebih aman dibandingkan kelambu. Jaring lembut yang bisa dipasang di sekeliling tempat tidur ini umumnya tidak melepaskan bahan kimia, sehingga bebas risiko alergi dan keracunan.

4. Makan bawang putih
Meski belakangan muncul bantahan melalui penelitian ilmiah, beberapa orang mengaku tidak digigit nyamuk setelah banyak makan bawang putih. Entah kebetulan atau memang demikian, tidak ada salahnya dicoba, toh bawang putih juga baik untuk kesehatan.

Selain itu, makanan yang mengandung vitamin B1 seperti kentang dan kacang-kacangan dapat mencegah gigitan nyamuk karena membuat darah terasa tidak enak.

Makanan asin sebaiknya dihindari, karena garam dapat merangsang pembentukan asam laktat yang menarik perhatian nyamuk.

5. Mandi secara teratur
Jika kebanyakan orang membenci bau keringat, nyamuk justru sangat menyukainya. Oleh karena itu, mandi secara teratur lalu menggunakan bedak antiprespiran cukup efektif untuk mencegah gigitan nyamuk.(

Riwayat Singkat Kehidupan Saya

Saya, Agnes Anastasia Sri Anjayani lahir di kota Magelang Jawa Tengah pada tanggal 15 Januari 1970.Ibu saya bernama Maria Margareta Ambarwati, ayah saya Sarif Anwas Tarmidi.Sejak kecil ibu saya dan ayah saya tidak hidup bersama. Saya dibesarkan oleh eyang saya di Kudus yang sekarang sudah meninggal dunia. Sedang adik saya dibesarkan oleh bude saya di Yogyakarta.Umur 6 tahun saya sekolah di SD Harapan I di Kudus.Tapi tidak sampai tamat SD saya dijemput oleh ibu saya yang ternyata sudah menikah lagi.Saya melanjutkan sekolah di Magelang hingga lulus SD.
Kemudian saya sekolah di SMP Pendowo Magelang yang tidak jauh dari rumah saya.
Ayah tiri saya begitu menyayangi saya seperti dia menyayangi anak kandungnya sendiri.Tiga tahun saya di SMP dan akhirnya saya lulus.Atas saran dari ayah saya SPG VANLITH  Muntilan yang yang cocok untuk saya. Meski saya tidak bercita-cita sebagai guru waktu itu. Di Muntilan saya hidup di asrama.Banyak kenangan saya waktu sekolah di VL....Singkat kata saya lulus!
Tidak ada bayangan saya untuk kuliah waktu itu. Saya minta tolong kepada kepala sekolah saya agar dicarikan pekerjaan. Tanpa diduga dan dinyana saya mendapatkan pekerjaan sebagai guru di Baturaja.Akhirnya dengan naik bis saya menuju ke Baturaja yang sama sekali saya tidak menduka saya sendirian tanpa saudara, tanpa teman saya memijakkan kaki saya di pulau Sumatra.Anehnya saya merasa tidak takut meskipun saya sendiri. Saya percaya Tuhan akan selalu bersama saya. Saya mengajar di SD Fransiskus.Saya mendapat kepercayaan mengajar di kelas tiga.Anak-anaknya menyenangkan membuat saya semakin betah tinggal di Baturaja.4 tahun saya mengajar, saya bertemu jodoh di Baturaja. Namanya Paulus Sudirwanto orang Wonogiri yang sama-sama merantau di Baturaja. Singkat kata saya menikah tanggal 20 Juni 1993. Setahun kemudian lahirlah Anselmus Mediari Gestawan, dan 4 tahun kemudian lahir adiknya David Geba Abi Anandi. Keduanya berjenis kelamin laki-laki.
Demikianlah sejarah singkat kehidupan saya. Saya berharap Tuhan akan selalu melindungi kekuarga saya.

Sabtu, 31 Desember 2011

Mendampingi Peserta Didik Menjadi Cerdas dan Berkarakter





A. TEMA
Pendidikan

B. JUDUL
Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

C. LATAR BELAKANG MASALAH
Para tokoh pendidikan menyakini bahwa pendidikan bukan hanya untuk menciptakan para teknokrat dengan keahlian tinggi tetapi lebih dari itu, menunmbuhkan manusia-manusia terpelajar yang mau dan mampu memperjuangkan keadilan dalam kehidupan bersama yang membahagiakan. Inilah proses perubahan social menuju masyarakat dan dunia yang lebih baik. Pendidikan adalah instrumen untuk mencapai idealisme tersebut. Dengan demikian, pendidikan menemukan relevansinya sebagai kunci perubahan sosial. Maka pendidikan harus berhasil menumbuhkembangkan pribadi dan karakter siswa, sehingga dikemudian hari mereka siap menjadi pelaku perubahan-perubahan social yang tangguh. Keyakinan ini harus diwujudkan karena pendidikan berperan penting dalam upaya membangun kehidupan bersama yang diwarnai persaudaraan sejati, keadilan, solidaritas, dan bertanggungjawab.

D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan apa yang dikemukakan dalam latar belakang maka penulis menarik rumusan masalah sebagai berikut:
I. Bagaimana penerapan model Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam meningkatkan mutu pendidikan?
II. Pengaruh penerapan model Paradigma Pedagogi reflektif dalam meningkatkan mutu pendidikan?

E. PEMBAHASAN
Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan polapikir (paradigma=polapikir) dalam menumbuhkembangkan pribadi siswa menjadi pribadi kemanusiaan (pedagogi reflektif = pendidikan kemanusiaan). Polapikirnya: dalam membentuk pribadi, siswa diberi pengalaman akan suatu nilai kemanusiaan, kemudian siswa difasilitasi dengan pertanyaan agar merefleksikan pengalaman tersebut, dan berikutnya difasilitasi dengan pertanyaan aksi agar siswa membuat niat dan berbuat sesuai dengan nilai tersebut.
Melalui dinamika polapikir tersebut siswa diharapkan mengalami sendiri (bukan hanya mendapat informasi karma diberitahu). Melalui refleksi diharapkan siswa yakin sendiri (bukan karena patuh pada tradisi atau peraturan). Melalui aksi, siswa berbuat dari kemauannya sendiri (bukan karena ikut-ikutan atau takut sanksi). Pembentukan kepribadian diharapkan dilakukan sedemikian rupa sehingga siswa nantinya memiliki komitmen untuk memperjuangkan kehidupan bersama yang lebih adil, bersaudara, bermartabat, melestarikan lingkungan hidup, dan lebih menjamin kesejahteraan umum.
Sampai sekarang pengalaman yang diberikan adalah pengalaman persaudaraan yang disampaikan berdasarkan kerjasama kelompok. Tujuannya, menumbuhkembangkan persaudaraan, solidaritas antarteman, dan saling menghargai yang merupakan aspek-aspek kemanusiaan. Langkah tersebut dipilih karena PPR berdasarkan kerja sama kelompok lebih mudah dipahami oleh guru-guru, lebih mudah dilaksanakan, dan lebih cepat tampak hasilnya. Pelaksanaan PPR memang masih perlu dikembangkan lebih lanjut. Pelaksanaan pengembangan PPR terletak pada dasar dan tujuannya. Landasannya antara lain adalah materi pembelajarannya dan tujuannya adalah kemanusiaan yang lebih luas daripada sekadar persaudaraan.

1. Tata Cara Pelaksanaan PPR
Tiga unsure utama PPR adalah pengalaman, refleksi, dan aksi. Unsure yang belum disebutkan adalah konteks dan evaluasi. Gambaran pembinaan siswa melalui PPR untuk membentuk budaya alternative secara singkat adalah sebagai berikut:

KONTEKS
refleksi: memperdalam pemahaman, mencari makna kemanusiaan, kemasyarakatan. menyadari motivasi, dorongan, keyakinan.

aksi: memutuskan untuk bersikap, berniat, berbuat. perbuatan konkret.

evaluasi: evaluasi ranah intelektual. evaluasi perubahan pola pikir, sikap, perilaku siswa.

pengalaman: mempelajari sendiri, latihan kegiatan sendiri (lawan ceramah). tanggapan efektif terhadap yang dilakukan, latihan dari yang dipelajari.

1) Konteks
Konteks untuk menumbuhkembangkan pendidikan antara lain sebagai berikut:
Pertama, wacana tentang nilai-nilai yang akan di kembangkankan agar semua angota komunitas, guru, dan siswa menyadari bahwa yang menjadi landasan pengembangan bukan aturan, perintah, atau sanksi-sanksi melainkan nilai-nilai kemanusiaan. Guru (fasilitator) perlu menyemangati mereka agar memiliki nilai seperti: persaudaraan, solidaritas, penghargaan terhadap sesame, tanggung jawab, kerja keras, kepentingan bersama, cinta lingkungan hidup, dan nilai-nilai yang semacam itu. Diharapkan semua anggota komunitas berbicara mengenai nilai-nilai.
Kedua, contoh-contoh penghayatan seperti nilai-nilai yang diperjuangkan, lebih-lebih contoh dari pohak guru. Kalau itu ada maka siswa akan cenderung untuk melihat, bersikap, dan berperilaku sesuai dengan nilai yang dihayatinya.
Ketiga, hubungan akrab, saling percaya, agar bisa terjalin dialog yang saling terbuka antara guru dan siswa. Setiap orang dihargai, ditunjukan kebaikannya, ditantang untuk melakukan yang benar dan baik. Idealnya, sekolah merupakan tempat bagi anak untuk belajar saling membantu, bekerjasama dengan semangat untuk menyatakan secara konkrit melalui perkataan dan perbuatan yang didasarkan pada idealisme bersama.
2) Pengalaman
Pengalaman untuk menumbuhkan persaudaraan, solidaritas, dan saling membantu adalah pengalaman bekerjasama dalam kelompok kecil yang “direkayasa” sehingga terjadi interaksi dan komunikasi yang intensif, ramah dan sopan, tenggang rasa, dan akrab.
Sering kali tidak mungkin guru (fasilitator) menyediakan pengalaman langsung mengenai nilai-nilai yang lain. Untuk itu siswa difasilitasi dengan pengalaman yang tidak langsung. Pengalaman yang tidak langsung diciptakan misalnya dengan membaca dan/atau mempelajari suatu kejadiaan. Selanjutnya guru (fasilitator) memberi sugesti agar siswa mempergunakan imajinasi mereka, mendengar cerita dari guru, melihat gambar sambil berimajinasi, bermain peran, atau melihat tayangan film/video.
Misalnya, ketika guru mengajar tentang energi (IPA) dan sekaligus ingin memberi siswa pengalaman tentang ketidakadilan. Siswa bisa diajak melihat ganbar dan membaca cerita tentang orang-orang yang bekerja ditambang batubara dan tinggal di gubuk-gubuk kumuh. Guru juga bisa mengajak mereka membayangkan keadaan pekerja-pekerja itu bersama dengan keluarga dan anak-anak mereka. Banyakorang diuntungkan dan hidup nyaman dari hasil tambang itu. Namun, para pekerja yang menghasilkan batubara tetap hidup menderita, hidup susah, dan miskin. Dengan cara demikian, siswa difasilitasi dengan pengalaman untuk mempelajari ilmu sekaligus “melihat” sendiri ketidakadilan itu. Siswa dapat mengalami sendiri (meskipun secara tidak langsung) dan memperoleh pengalaman mengenai ketidakadilan, bukan mendapat informasi tentang ketidakadilan.
3) Refleksi
Guru memfasilitasi dengan pertanyaan agar siswa terbantu untuk merefleksikan. Pertanyaan yang baik adalah pertanyaan yang divergen (menyebar) agar siswa secara otentik dapat memahami, mendalami, dan menyakini temuannya. Siswa dapat diajak untuk diam dan hening untuk meresapi apa yang baru saja dibicarakan. Melalui refleksi, siswa menyakini makna nilai yang terkandung dalam pengalamannya. Diharapkan siswa membentuk pribadi mereka sesuai dengan nilai yang terkandung dalam pengalamannya itu.
4) Aksi
Guru memfasilitasi siswa dengan pertanyaan aksi agar siswa terbantu untuk membangun niat dan bertindak sesuai dengan hasil refleksinya. Dengan membangun niat dan berperilaku dari kemauannya sendiri, siswa membentuk pribadinya agar nantinya (lama-kelamaan) menjadi pejuang bagi nilai-nilai yang direfleksikannya.
5) Evaluasi
Setelah pembelajaran, guru memberikan evaluasi atas kompetensinya dari sis akademik. Ini adalah hal wajar dan merupakan keharusan. Sekolah memang dibangun untuk mengembangkan ranah akademik dan menyiapkan siswa menjadi kompeten di bidang studi yang dipelajarinya. Namun guru/sekolah juga perlu mengevaluasi apakah ada perkembangan pada pribadi siswa.

2. Pengembangan Pendidkan Melalui PPR
1) Budaya antikorupsi, antikekerasan, dan antiperusakan linkungan.
Kita dapat mencermati upaya menumbuhkan budaya ini satu per satu, misalnya sebagai berikut:
 Antikorupsi≈antinyontek.
Antikorupsi dapat diberikan dengan mengembangkan budaya antinyontek dengan strategi sebagai berikut:
• Diciptakan suasana atau wacana (sebagai konteks) bahwa lebih baik bekerja sendiri daripada nyontek: “bangga dengan pekerjaan sendiri”,”jujur”,”bertanggungjawab terhadap masa depan”…..
• Bila ada siswa kedapatan nyontek, guru jangan memarahinya tetapi mengajak untuk merefleksi.
• Dengan metode kerjasama kelompok, siswa diajak untuk bekerjakeras sehingga tumbuh rasa percaya diri, mampu mengikuti pelajaran dan yakin.
• Diadakan tes tanpa pengawasan atau tanpa pengawasan yang ketat.
• Diadakan refleksi dan aksi (mengenai nyotek).
 Antikekerasan≈persaudaraan, solidaritas dan, saling menghargai.
Konteksnya adalah wacana penghargaan dan pentingnya persaudaraan. Komunitas harus memberikan contohcontoh teladan seperti persaudaraan antar guru, antar guru dan siswa, dan antar siswa. Pengalaman persaudaraan diperoleh dari kerjasama dalam belajar, dengan menumbuhkan komunikasi dan interaksi yang intensif, akrab, saling membantu, dan saling memuji. Cara pengembangan persaudaraan, solidaritas, dan saling menghargai sebaiknya dilaksanakan disekolah. Pengalaman itu direfleksi dan ditanggapi dengan aksi, selanjutnya seluruh proses di evaluasi.
 Antiperusakan lingkungan≈mencintai lingkungan hidup.
Konteks mencintai lingkungan dikembangkan dengan wacana cinta lingkungan (bukan aturan atau sanksi):”mengatur kelas dengan rapi karena mencintai kelas yang nyaman dan indah”……pengalaman untuk mengembangkan cinta lingkungan dapat diperoleh dari prakti-praktik disekolah misalnya bersihkan kelas, membuat kelas bersih, nyaman, dan indah, atau memelihara kebun didepan kelas masing-masing. Jika perlu bisa ditambahkan dengan lomba kebersihan namun praktik tersebut perlu dilandasi dengan wacana cinta lingkungan.

2) Sikap kemanusiaan kritis.
Pendidikan perlu mengembangkan siswa-siswanya tidak hanya pandai secara akademik, tetapi menjadi cerdas (bukan hanya pandai dalam bidang studi). Cerdas yang dimaksud adalah cerdas dalam bersikap, memutuskan, memilih, menilai, dan bertindak. Dengan kata lain cerdas adalah sikap kemanusiaan yang kritis.
Dengan bimbingan guru, siswa diajak untuk membahas masalah-masalah atau kejadia-kejadian yang dipaparkan dalam media massa untuk membentuk pendapat dan sikap kritis berdasarkan kaidah dan etika yang telah dipelajari. Berlandaskan sikap, keyakinan, nilai kemanusiaan/budaya alternative tersebut, siswa dilatih untuk menjadi cerdas. Dengan menyikapi dan menghayati nilai/budaya alternatif sebagai landasannya, siswa dilatih untuk membahas masalah actual kemasyarakatan secara kritis.
3) Religiositas terbuka.
Religiositas telah menjadi pembelajaran wajib di sekolah. Agar pelajaran religiositas berdaya guna dalam mengembangkan sikap atau cara berpikir kritis, siswa tidak boleh hanya menerima (pasif). Materi ajar sebaiknya diberikan sebagai suatu pertanyaan atau masalah, sehingga pembelajaran bagi siswa menjadi praktik berpikir dan bekerja secara aktif. Dengan adanya berbagai masalah yang dijadikan tantangan, siswa aktif bernalar, bereksplorasi, dan berkreasi.
Melalui pembelajaran regiositas siswa dibantu untuk memahami dan menghayati nilai-nilai kehidupan dan nilai-nilai keagamaan.
4) Penalaran, eksplorasi, kreativitas, dan kemandirian.
Sangat diperlukan kemampuan penalaran, eksplorasi, kreativitas, dan kemandirian dalam belajarbaik bagi mereka yang akan sampai ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi maupun mereka yang Karena hambatan financial tidak mampu sampai ke jenjang yang lebih tinggi.
Untuk mengembangkan penalaran, materi pelajaran dikemas dan disampaikan kepada siswa sebagai masalah yang harus dipecahkan. Pertama-tama siswa harus merumuskan masalahnya, mencari data-data yang diperlukan, mencari solusinya, dan menguji apakah solusi tersebut tepat atau tidak. Dengan demikian siswa “dipaksa” bernalar, mencari jalan keluar, mencari data-data (eksplorasi), mengutak-atik solusi, dan mencari cara untuk mengujinya (kreativitas).
5) Kemahiran berbicara.
Sebagai calon pejuang, siswa diharapkan mampu memimpin. Uuntuk itu, siswa diharapkan mampu berbicara logis, runtut, menarik, dan berisi dalam bahasa yang baik dan benar. Kemampuan ini diharapkan terus berkembang sehingga siswa-siswi akan selalu berkembang dalam kepemimpinan selama studi dijenjang pendidikan yang lebih tinggi dan diharapkan tetap mempunyai komitmen dan keterampilan yang cukup untuk memperjuangkan perubahan sosial.

3. pembelajaran berpola PPR
pembelajaran berpola PPR adalah pembelajaran yang mengintegrasikan pembelajaran bidang studi dengan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan. Pembelajaran bidang studi disesuaikan dengan konteks siswa. Sedangkan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan ditumbuhkembangkan melalui dinamika pengalaman, refleksi, dan aksi. Proses pembelajaran ini dikawal dengan evaluasi.